Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Sajak Rindu untuk Raja dan Ratu

Kita tidak berjauhan. Bertatap mata setiap hari. Bertemu muka setiap pagi. Bercanda dan beradu pendapat sewaktu - waktu. Raja, ingin ku buat kau seperti raja. Setelah kami dewasa, ingin lihat dirimu bahagia. Ayah, terima kasih untuk setiap tetesan keringat. Terima kasih untuk setiap nasihat. Terima kasih untuk setiap kejangan otot, pusingan kepala, panas terik matahari, bahkan ngilu dipinggang yang engkau rasakan untuk kami. Untuk kami, mutiara di hati. Ratu, ingin ku buat kau seperti ratu wahai ibu. Senyummu bahagia kami. Terima kasih untuk setiap air mata yang mengalir. Terima kasih untuk olahan gizi dari lembutnya jari jemari. Terima kasih sudah menjalani berbagai macam peran buat kami. Agar kami sesuai harapan mu Ibu. Setiap kali kami terjatuh, kami merasa beruntung akan doa Raja dan Ratu. Iya!Raja dan Ratu di dinasti kami. Dinasti yang keluarga besar dengan berbagai jenis pemikiran. Jika kami jauh, kami mohon Raja dan Ratu. Buat kami beruntung dengan doa - doa kalian. Kami

Ketika Rindu Hanya Milikku

Sedikit egois memang. Pengekspresian rindu yang berbeda membuat aku merasakan itu. Bukan aku menuduh, tapi itu yang kurasa. Tak perlu berkilah mari kita nikmati bersama. Rasa rindu yang memuncak dari waktu ke waktu, rasa khawatir yang ada karena tak ada kabar darimu, rasa curiga ketika hal – hal yang tak biasa terjadi, tapi ada kali ini. ---------- Senyum kecilku menyeruak tiap kali ku ingat tentang hal – hal kecil yang kita lakukan bersama. Berbicara sendiri agar aku tenang, langkah itu kupilih. Aneh memang tapi itulah aku. Sebut aku mantan pacarmu, bukan! Lebih dari sekedar itu sekarang engkau lelaki terbaikku. ---------- Jujur terkadang aku bosan. Jika setiap kali hanya aku, dan aku. Tapi aku tahu sebenarnya tidak begitu. Engkau percaya bahwa aku mampu sendiri dulu. Mampu bahwa kita bisa, kita bisa untuk komitmen yang kita buat bersama. ----------- Baiklah mantan teman, mantan kawan, ahh mungkin mantan kenalan. Kita memang berawal dari tatap, indah sen

Borju~~~~~

Bukan merupakan si anak perantau. Aku hanya anak pinggiran, mungkin sebelah sana sananya kota Medan. Terlahir dari ibu asli Padang dan ayah juga keturunan Padang, tapi lahir di tanah Deli yang banyak berpijak orang Batak. Bahasa batak tak bisa, bahasa Melayu apalagi, bahasa Padang pun karena ibu kalau memarahi kami pasti pakai bahasa itu, jadi seketek seketek (sedikit sedikit) mengertilah. Aku dan keluarga tinggal di suatu daerah namanya daerah Bromo, kalau aku tepatnya di Bromo Ujung. Dari namanya keliatankan letaknya dimana?Yes, diujung. Mayoritas yang berpijak di tanah yang secara geografis Sumatera Utara ini adalah orang Padang. Padang Kota, Padang Pariaman, Bukit Tinggi berbagai aktivitas orang Padang ada disini. Orang Padang dikenal dengan tukang jahit, bedagang, rumah makan. Andalan keprofesionalismean orang Padang adalah itu. Di Bromo itu yang paling khas adalah ketika pesta nikahan. Jadwal pesta harus disesuaiin sama jadwalnya Ninik Mamak setempat. Karena ada adat bae

4 bait untuk teman kecilku

"Sudah 2 minggu dia tidak kelihatan, kemana iya?", aku membatin. Hari ini kukunjungi rumahnya. Seperti biasa setelah pulang menunaikan ibadah shalat magrib untuk menunggu waktu shalat isya kita suka membagi kisah hidup kita, mulai dari tentang keluarga, diri sendiri, bahkan tentang sosok lelaki yang kita sukai. Sedari SD aku sudah sekelas dengannya, waktu SMP kita membagi kisah kita masing - masing karena kala itu aku juga tidak tinggal dimana tempat biasa aku mengembangkan senyumku, tetapi sewaktu SMA hingga sekarang aku kembali ke tanah itu, dimana tempat itu dulunya masih hutan - hutan, masih sepi, kalau kata orang - orang itu tempat jin buang anak. Serem kan?Iya horor. Hihihihi Tidak tahu lah apa mau dikata sekian tahun usia pertemanan itu, sebegitu seringnya kita bersama tapi tidak ada satupun gambar yang mengabadikan kebersamaan kita. Mungkin 2 pasang mata ayah ibu kita masing - masing telah merekam itu semua."Jaga dirimu baik - baik, kita akan sama sama j