Kata orang sih namanya Bulan Madu (Banda Aceh + Sabang)


Kali ini tulisan berbeda, tidak melulu tentang saya, kali ini akan berbagi pengalaman tentang perjalanan yang orang bilang HONEYMOON, kalau di Indonesia-in jadi kebalik hihihi yaitu bulan madu.

Saya dan suami memilih salah satu tempat eksotis di Sumatera bagian ujung baratnya. Iya! Kita ke Aceh tepatnya ke Pulau Sabang. Kita ambil waktu berdua saja di tempat ini. Menikmati waktu benar benar berdua. Sedikit curhat, karena kita akan LDR untuk beberapa bulan "___"hiksssss.

Ini di halaman Museum Aceh (Saya dan suami :))
Dari Medan kita memilih perjalanan dengan menggunakan pesawat ke Aceh, dari bandara Sultan Iskandar Muda kita meluncur ke penginapan dengan travel (FYI biayanya Rp 100.000,-) di Hotel Medan daerah Peunayong, di Banda Aceh. Tempatnya cukup strategis untuk jalan - jalan, dan disana ada beberapa hotel pilihan lain yaitu hotel Prapat, hotel Sultan dan hotel 61. Sekedar info aja, alasan kita menginap di hotel Medan, karena menu sarapannya itu bervariasi dan cukup low budget. Untuk selevel kamar tipe deluxe permalamnya itu Rp350.000,-. Terus daerahnya rame, banyak tempat makan, tempat beli ole ole dan bisa berjalan kaki ke masjid terkenal di kota Banda Aceh yaitu Masjid Baiturahman yang kala itu sedang masa renovasi pembuatan payung raksasa seperti payung raksasa yang ada di Masjid Nabawi.

Nyampe hotel kebetulan karena udah sore, kita istirahat dan melanjutkan main - mainnya keesokan harinya. Kita makan malam masih dikawasan Peunayong, beberapa meter dari hotel banyak pilihan tempat makan murah dan enak, ada sate yang terkenal didaerah sana yaitu Sate Matang.Ajib!
Satu hari di Banda Aceh kita berkesampatan mengunjungi Museum Tsunami. Museum yang dibangun untuk memperingati peristiwa tsunami yang meluluh lantakkan Aceh pada akhir 2004 itu. Dari hotel kita naik bentor ke sini dengan ongkos Rp 15.000,-, disini kita bisa melihat simulasi bencana tsunami, tanda tanda akan adanya tsunami setelah gempa, proses penyelamatan diri ketika adanya peringatan tsunami dan beberapa benda yang tertinggal dan masih utuh setelah adanya tsunami di Aceh 2004.
 
Ini salah satu ruangan tempat nama - nama para korban tsunami.













Dari Museum Tsunami kita melanjutkan perjalanan ke PLTD Apung didaerah Punge Blang Cut, yaitu kapal Apung. Dulunya kapal ini adalah kapal generator listrik milik PLN Banda Aceh yang berada di laut dengan daya hingga 10,5 megawatt, namun karena tsunami pada 2004 di Aceh, kapal ini terseret kedaratan. Saran saya ke PLTD Apung, baiknya pagi atau sore karena kalau siang hawa panas udara luar akan sangat kerasa ke dalam walaupun di beberapa bagian dalam kapal dipasang AC. Dan kalau datangnya sore, enak untuk duduk santai diatas kapal menikmati angin laut yang berhembus.

Sore itu tanggal 08 Februari 2016, kita menghabiskan sore dan melaksanakan Ashar di Masjid Baiturahman. Sayangnya, masjid itu masih dalam masa pembangunan. Didalam masjid itu banyak kegiatan, salah satunya banyak anak anak yang belajar mengaji disitu :))

Suasana anak - anak mengaji di Masjid Baiturahman
Keesokan harinya, kita melanjutkan langkah kaki ke Sabang. Yeay!!! Kita mengejar kapal cepat jam 09.30, untuk informasi ongkos kapal cepat itu Rp 80.000,- dengan waktu tempuh dari Pelabuhan Ulee Lheu ke Pelabuhan Balohan di Sabang sekitar 45 menit.
Sampai di Pulau Sabang, kita memilih daerah Iboih untuk kita menikmati lautan indah terhampar luas. Alasannya sih, karena suami sudah tahu daerah sana dan spot spot tertentu yang harus kita kunjungi. Dari pelabuhan ke daerah Iboih itu kita sewa motor, dikenakan biaya Rp. 100.000,- perharinya, karena daerah Iboih lumayan jauh sekitar 28 km dengan waktu tempuh 45 menit sampai 1 jam. Di sepanjang jalan menuju Iboih kita di manjain sama pepohonan dan hamparan laut biru.
Well, kita sampai di Iboih. Awalnya belum tahu nginap di penginapan yang mana. Tapi pas kita belanja di mini market, mbak - mbak nya nawarin, harganya Rp. 300.000,- permalam. Cek toko sebelah eh hehehehe maksudnya cek lokasi. Wah! ternyata bagus banget, kamar tempat kita menginap berhadapan dengan lautan biru. 


Liat deh, bagus banget kan? Itu pas banget didepan kamar di penginapan



Spot pertama yang kita kunjungi adalah Kilometer Nol, karena tempat wisata ini yang paling dekat dan kita juga nyampe penginapan itu udah sore. Jaraknya paling 5 km, kita naik motor yang kita sewa tadi. Kenapa ya pas kita datang semuanya di renovasi hihihihi. Gak pa pa yang penting aku dan kamu telah menjadi kita (apa sih pily). Disini itu ujungnya Indonesia bagian barat tapi ada fakta lain ketika mencari informasi tentang penamaan Kilometer Nol ini, lets read  (http://www.cool4myeyes.com/2017/01/ternyata-titik-0-kilometer-indonesia.html).
Disepanjang mata memandang birunya laut memanjakan mata, menyejukkan hati, menenangkan jiwa, membawa kita kembali bersyukur banyak, iya sangat banyak bahwa Sang Pencipta Maha Luas ciptaanNya, membuktikan bahwa Sang Kuasa Maha Indah, Maha Pengasih Penyayang. Tidak kalah dengan sejuknya udara di pegunungan. Lihat dan coba saja tutup mata dan tarik nafas, atmosfir udara itu tidak kalah menenangkan dan unik.

Yang Jomblo, dilarang baper ehhhh
Puas berfoto ria disini, kita laper ehhehe, disini cuma tersedia beberapa warung tenda kecil ada menu gorengan, mie instan, mungkin gado gado ada kali ya, yang penting ada nasi. Disekitar pohon pohon yang mengarah ke laut banyak bekantan yang seliweran, kalau bawa makanan hati hati ya. Soalnya kalau bekantannya lapar suka maksa dia mah, aku mah apa atuh (pily, kenapa sih). Kita melanjutkan ke spot lain atas info dari bapak bapak di jalan, ketahuan wajah pencari kedamaian wkwkkwkw. Kita ke Gua Sarang, katanya sih di bawah dekat laut gitu ada gua. Nah, gua itu namany Gua Sarang.


Kece banget kan abang ini, tuh liat lautnya keren kan :)
Diatas dari spot Gua Sarang, jadi kita harus nurunin beberapa anak tangga untuk ke Gua Sarang
Untuk ke Gua Sarang, kita harus menurunin anak tangga. Mungkin sekitar 40 anak tangga.
Please mblo, tegarkan hati ehh
Sebenarnya, kita belum paham guanya yang mana. Kita juga turun kebawah gak nyewa guide dan kayaknya memang gak disedian. Dan cuma kita berdua yang dibawah. Untuk melewati tebing tebing ke yang katanya gua, hati hati ya, banyak semut dan lintah
Gagal romantis hihih, katanya sih ini dikit lagi ke gua, tapi kita mutusin balik hehhe


Keesokan harinya kita melanjutkan langkah kaki ke beberapa tempat yang kebanyakan memang pantai. Tapi pagi itu kita penasaran dengan papan petunjuk yang menandakan kalau 1 km dari simpang jalan itu ada air terjun. Kawasan itu sekitar 10 km dari Iboih berjalan arah kekota Sabang, kita akan menemukan simpang jalan kekanan menandakan bahwa ada air terjun disana, kita masuk dengan motor beberapa meter, kemudian motor itu diparkir (FYI biaya parkir itu Rp 2000,-) dan melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki. Saran sebaiknya pakai alas kaki yang cakram yang tapaknya bergerigi karena disini banyak batu besar, bisa jadi licin (hati hati ya). Beberapa waktu jalan, keliatan sih spot wisata yang satu ini tidak ada yang mengelola, alam mengurus sendiri keperluannya, sepi! Hanya kami berdua, rada seram karena hutan hutan tapi tenang ada sibabang, eakkkkkkkk.
Bagus kan? Sebenarnya punya video tapi ngeupload d blog kayaknya rada repot

Dari lokasi ini kita beranjak, ke kota Sabang. Di Sabang kita isi perut dulu di salah satu warung makan. Terus ngelanjutin perjalanan lagi, kita singgah di Pantai Kasih. Pantai ini juga bagus. Siabang mah main air disini, padahal mau sholat jumat -_-. Gak nahan banget liat air bawaannya nyebur aja. Gak lama disitu, siabang mah sholat jumat dulu. Nunggu siabang, saya makan di warung depan masjid. Siabang selesai, kita ngelanjutin perjalanan. Kali ini kita ke Sumur Tiga. Sebenarnya kita ngejar waktu balik ke Iboih karena kita bakalan snorkling takut kesorean. 
Sumur tiga gak kalah keren pakek banget. Biru biru, butiran air. Wuahhhh Subhanallah. Kita sebentar aja sih.
Dokumentasi pribadi di sumur tiga
Dari Sumur Tiga, kita balik ke Iboih. Yeeee snorkling. Disini kita bisa minta tolong babang yang jagain penginapan untuk nyedian peralatan snorkling mulai dari alat bantu nafas, sepatu katak, kacamata renang, perahu untuk menyebrang, celana renang bagi yang gak bawa, guide samapi fasilitas foto bawah air. Kalau saya tidak salah itu biaya kita semua sama penginapan untuk 2 malam sekitar sejuta lebih. Dengan rincian peralatan snorkling itu Rp. 75.000,- / orang ; menyebrang dengan kapal untuk pergi - pulang itu Rp. 150.000,- ; sewa guide plus foto bawah air Rp.300.000,- dan tarrrraaaaaaa. Hasil jepret jepret kitaaaaaaa.



Masih ada lagi loooo

  

Keren kan, ayo langkahkan kaki disini. Perjalanan kita berhenti di Pulau ini karena hari menjelang sore. Batas waktu snorkling itu jam 6 sore. Oh ya disini juga ada spot untuk diving loh. Sebelum balik ke penginapan kita duduk duduk istirahat dulu. 
Besok pagi di hari sabtunya, kita balik ke Medan. Kita melanjutkan perjalanan pagi kita ke Pelabuhan Balohan. Motor yang sewa kita balikin ke yang punya (ya iyalah masa di bawa pulang hihihi). Sebelum mengejar kapal kita makan pagi. Setelah itu masih jalan - jalan disekitar pelabuhan. Disekitar pelabuhan juga banyak kedai kedai yang menjual ole - ole. Kita dapat jadwal kapal lambat dengan waktu tempuh ke Pelabuhan Ulee Lheu sekitar 2 jam tentunya dengan ongkos lebih murah dan angin lebih sepoi sepoi yaitu sekitar Rp. 27.000,-
Sampai di Sabang kita balik ke hotel Medan karena kita nitip koper gede kita disitu. Terus makan siang, liat liat dan balek kampungggggg yeeeeeee
Terima Kasih abang kece yang sudah bawa saya kesini.
Walau sekarang jauh dimata dekat dihati (kan curhat lagi hihihi)

Insyaallah bakalan ada cerita perjalanan lagi.
Oh iya FYI kita kesini tanggal 7 - 11 Feb 2017 jadi mungkin kalau kalian kesana dalam waktu dekat ongkos ongkos dan biaya biaya miriplah.
Lets Read Lets Enjoy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kakak kalau buka kacamata kayak anak SMA

Catatan Perjalanan Kerja

Ketika Rindu Hanya Milikku