Filosofi Lampu Merah

Dari sepanjang jalan yang kita lewati, tempat yang membuat kita bersabar agar tidak selalu mengejar adalah persimpangan LAMPU MERAH. Pernahkah kamu bertanya kenapa mesti lampu merah? Kenapa gak lampu hijau, atau lampu kuning. Kasian kedua warna tersebut tidak pernah disebut padahal yang membuat kamu bersiap - siap si Kuning, dan terlebih kepada si Hijau setelah ia muncul, kamu memasang gas lalu pergi. Apakah ia warna yang di benci?

Wahai hijau dan kuning bersabarlah karena di tempat lain kalian warna favorite. "Meletus balon HIJAU", sebenarnya sama saja walaupun sering dinyanyikan nyatanya si Hijau mesti meletus -_-

Tapi kuning merupakan warna yang mencolok, lihat deh matahari dibuku gambar anak anak SD. Warnanya kuning, identik dengan penyinaran dan pencerahan. Tapi, tunggu sebenarnya yang di LAMPU MERAH itu warnanya merah, kuning, hijau atau merah, orange, hijau?

Oke kita lebih sering menggunakan apa yang orang lain gunakan. Merah, kuning, hijau.


Sumber : https://www.google.co.id/search?q=lampu+merah&biw=1366&bih=696&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwj8vJHZ1rfKAhVDWo4KHdicCUEQ_AUIBigB#imgdii=irlOhUIF4Ntn4M%3A%3BirlOhUIF4Ntn4M%3A%3BROatMsFSM4saDM%3A&imgrc=irlOhUIF4Ntn4M%3A
Lihat ekspresi si Merah itu karena kamu suka tidak menghargai keberadaanya, disuruh berhenti kamu malah jalan, jadi dia bete.

Belajar lah dari hal kecil, dengan kamu menghargai diri kamu maka orang lain akan seperti itu. Ketika kamu menghargai lampu merah kamu akan terhindar dari berbagai hal yang kamu tidak inginkan. Jangan banyak alasan! Telat? Seharusnya kamu pergi lebih cepat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kakak kalau buka kacamata kayak anak SMA

Catatan Perjalanan Kerja

Ketika Rindu Hanya Milikku